SELAMAT DATANG DI BLOG BANTENG MTs NU 09 GEMUH

Kamis, 06 November 2014

Kata Mereka Tentang Gusdur

Kata Mereka Tentang Gusdur









Jimly Asshiddiqie 

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengenang, sosok Gus Dur selalu melawan arus. Namun, justru inilah yang diperlukan bagi demokrasi. "Kita perlu dia sebagai orang yang menentukan arah bangsa," katanya saat melepas jenazah Gus Dur di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis 31 Desember 2009.

Karena itu Jimly mengaku kehilangan dia. "Mudah-mudahan ada yang mewarisi tradisi kepemimpinan Gus dur," katanya

 

Taufik Kiemas

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufik Kiemas juga mengaku kehilangan Gus Dur. Dia dikenang sebagai seorang sahabat. "Dia merupakan tokoh yang memperjuangkan kebhinekaan," ujar Kiemas

 

Pramono Anung

Selain itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Pramono Anung juga menyatakan hal yang sama. Kehilangan Gus Dur. "Gus dur itu pejuang kebebasan pers, dan juga yang membuka istana menjadi lebih cair. Kita kehilangan tokoh yang mengutamakan kemajemukan," ujarnya sambil berkaca-kaca

 

Habib Chirzin

Suatu kali, saat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur masih menjabat Presiden RI, cendekiawan muslim Muhammadiyah, Habib Chirzin, mengaku sempat bepapasan dengan rombongan kepresidenan saat berziarah ke makam nabi di Masjid Nabawi, Madinah. Setelah lewat tengah malam, ketika rombongan kepresidenan akan beranjak pergi, Chirzin diminta oleh Sutarman --ajudan Gus Dur yang kini menjabat Kapolri-- untuk menghampiri mobil Gus Dur.

"Dia buka pintu mobil dan pamit dulu ke saya kalau akan mendahului pulang," ujar mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah itu ketika berbicara dalam haul keempat mendiang Gus Dur yang digelar oleh Jaringan Lintas Iman Yogyakarta di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Senin malam, 16 Desember 2013.

Chirzin terkesan karena jabatan presiden tidak mengubah karakter Gus Dur. Dia menganggap Gus Dur tak banyak berubah dalam urusan kesopanan menghormati teman, meskipun mereka warga biasa. "Sejak dulu, ia terbiasa membuat orang lain merasa dihargai dan dihormati," kata Chirzin 

 

Gusmus

Kiai yang juga sastrawan asal Rembang, Jawa Tengah, Mustofa Bisri tidak datang dalam haul itu. Tapi, lewat rekaman video, Gus Mus menyatakan kesannya tentang sosok Gus Dur. "Ada kiai sepuh yang bilang, Gus Dur tetap dianggap keramat hingga selepas meninggal karena mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan kiai mana pun," ujar dia.

Gus Mus mengatakan kiai sepuh itu mencontohkan keberanian Gus Dur melawan arus besar di Nahdlatul Ulama dengan menyampaikan permintaan maaf atas kasus pembantaian anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia pada 1965. Sikap, yang diikuti dengan usulan Gus Dur untuk pencabutan TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966, itu menurut Gus Mus menunjukkan karakter Gus Dur yang mampu meminta maaf sekaligus memaafkan dalam urusan politik yang sensitif. "Dia menganggap orang komunis sebagai sesama manusia, bukannya orang-orang kafir," ujar Gus Mus 

 

Yoseph Suyatno Hadiatmojo

Rohaniwan Katolik Yoseph Suyatno Hadiatmojo menyatakan saat ini banyak aktivis pendukung toleransi yang mengakui bahwa tokoh pejuang keberagaman sekaliber Gus Dur belum tergantikan. Karena itu, menurut dia, pendukung toleransi harus terus mengkampanyekan ide besar Gus Dur mengenai republik pengayom semua kelompok. "Terakhir, saat bertemu penggiat toleransi di Yogyakarta sebelum meninggal, Gus Dur menilai perjuangan menjaga kemajemukan masih berat di Indonesia," ujar pegiat di Forum Persatuan Umat Beragama ini 

 

Sobari

Budayawan Sobari mengingatkan gagasan Gus Dur tidak terbatas pada isu menjaga pluralitas. Menurut Sobari, sikap politik Gus Dur merupakan hasil upaya pembacaan sekaligus perombakan ulang pada konstruksi budaya di Indonesia agar semakin egaliter, demokratis, dan manusiawi. "Dia seperti tokoh wayang Rama Bargawa, brahmana yang berjuang menghancurkan keangkuhan dan kesewenang-wenangan golongan kesatria," ujar Sobari 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar